Penggunaan Kendaraan Listrik di Indonesia dan Dunia
Saat ini, dunia mulai berpindah menuju kendaraan listrik sebagai transportasi alternatif yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi dampak perubahan iklim serta emisi karbon. Beberapa negara seperti Tiongkok, Norwegia, dan Amerika Serikat sudah mencapai kemajuan yang luar biasa dalam mempopulerkan kendaraan listrik. Sayangnya, Indonesia masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan[1].
Menurut laporan dari Drive.com, Tiongkok merupakan pasar kendaraan listrik terbesar di dunia. Penjualan kendaraan listrik di negara ini mencapai 9,49 juta unit pada tahun 2023 dan diperkirakan akan mencapai 20 juta unit pada bulan Januari 2024. Cepatnya penerapan kendaraan listrik didukung oleh kebijakan pemerintah Tiongkok yang mendukung kendaraan listrik secara penuh serta pemberian dana khusus untuk pelaku industri yang melakukan inovasi dan promosi. Selain itu, pembebasan pajak pembelian kendaraan listrik di Tiongkok juga menjadikan transportasi alternatif ini lebih menarik dan terjangkau bagi banyak konsumen[2].
Di Indonesia, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa jumlah kendaraan listrik di Indonesia mencapai 133.225 unit hingga April 2024 yang terdiri dari 109.576 motor listrik, 23.238 unit mobil listrik, dan sisanya merupakan kendaraan komersial.[3] Jumlah ini merupakan peningkatan yang signifikan apabila dari jumlah 41.743 kendaraan listrik pada tahun 2022. Dalam artikel yang kami tulis tahun lalu, jumlah kendaraan elektronik yang berada di jalanan Indonesia sudah mencapai 108.000 unit pada tahun 2023, dilansir Bisnis.com. Saat ini, Indonesia memiliki 4 pabrik bus listrik, 5 pabrik mobil listrik, dan 53 pabrik motor listrik, dengan total kapasitas produksi lebih dari 1,56 juta unit per tahun dan investasi mencapai Rp4,733 triliun.
Menurut Rudi MF selaku Project Manager dalam acara Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025 yang diselenggarakan pada 13 Februari 2025 lalu, tren penjualan mobil listrik menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. “Tahun lalu, kendaraan listrik telah menyumbang 30% dari total transaksi di IIMS 2024,” ujar Rudi. Meskipun secara keseluruhan pasar otomotif menurun, penjualan mobil listrik tetap mengalami pertumbuhan dengan potensi yang menjanjikan.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan pentingnya kolaborasi dalam mempercepat adopsi kendaraan ramah lingkungan, dengan populasi kendaraan listrik yang mencapai lebih dari 207 ribu unit pada 2024, meningkat 78,2% dibanding tahun sebelumnya.
Pemerintah Indonesia menargetkan sebanyak 13 juta motor dan 2 juta mobil elektronik yang beredar di jalan pada tahun 2030. Sama seperti Tiongkok, Indonesia juga memberlakukan pembebasan pajak pembelian (PPnB) untuk menarik lebih banyak pembeli kendaraan listrik di dalam negeri. Selain itu, PT PLN telah bermitra dengan beberapa produsen kendaraan listrik seperti Volta, Selis, dan GESITS, serta Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk mendorong pertumbuhan industri ini dan meningkatkan ketersediaan unit secara nasional[4].
Kenapa Masih Ada yang Enggan Membeli Kendaraan Listrik?
Pemerintah Indonesia dan para produsen telah menyadari tanggung jawab untuk segera mengkomersialkan kendaraan listrik dalam rangka mencapai misi net-zero emission pada tahun 2060. Namun, mengapa masih ada masyarakat Indonesia yang tidak menyukai kendaraan listrik atau bahkan lebih memilih kendaraan konvensional yang berbahan bakar fosil?
Melansir CNBCIndonesia.com, tiga alasan utama masyarakat enggan membeli kendaraan listrik yaitu harga, infrastruktur pengisian daya, dan tingkat kesadaran[5]. Meskipun sudah ada pembebasan pajak, banyak masyarakat yang menilai bahwa kendaraan listrik masih mahal. Banyak pula yang lebih memilih mobil konvensional berbahan bakar fosil karena lebih banyak model yang sesuai dengan budget. Ketersediaan stasiun pengisian daya dan jasa servis yang masih terbatas dan cenderung hanya tersedia di wilayah metropolitan juga menjadi bahan pertimbangan pembeli baru. Saat ini, Indonesia hanya memiliki 12.521 stasiun pengisian daya dan sebagian besar berlokasi di kota besar7. Meskipun angka ini meningkat dibandingkan dengan 10,682 pada 2024[6], tentunya hal ini akan menjadi pertimbangan bagi masyarakat yang sering melakukan perjalanan ke daerah pelosok. Selain itu, mengingat pasar kendaraan listrik yang relatif baru di Indonesia, masih banyak yang kurang memahami teknologi dan berbagai manfaat jangka panjangnya.
Bagaimana Cara Mengatasinya? Apa yang Harus Disampaikan?
Lantas, bagaimana kita dapat mendorong lebih banyak masyarakat untuk mulai beralih ke kendaraan listrik? Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan pendekatan multifaset yang lebih dari sekadar marketing konvensional saja. Memang penting untuk menyoroti manfaat kendaraan listrik bagi lingkungan, tapi produsen kendaraan perlu menekankan nilai-nilai lainnya yang dapat diterima oleh konsumen Indonesia. Agar semakin banyak konsumen yang mendukung kendaraan listrik, penyusunan narasi yang menarik dapat menjadi strategi kunci dalam public relations.
Berikut adalah sejumlah narasi yang dapat didorong dalam rangka meningkatkan promosi kendaraan listrik di dalam negeri.
Narasi di atas mencerminkan pesan-pesan utama yang dapat disesuaikan dengan target demografi dan konteks budaya Indonesia. Narasi ini juga dapat menjadi dasar untuk menyampaikan story atau project untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan calon konsumen. Dengan memanfaatkan narasi ini, produsen dapat mengkomunikasikan potensi transformasi kendaraan listrik secara efektif dan perannya dalam menciptakan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
----
Director – Senior Consultant
[1] Dylan Campbell, Which country has the most electric cars in the world?, Drive.com
[2] Raghav Bharadwaj, China’s EV Market: Opportunities, Challenges, and Future Scope, Bolt.earth
[3] Ahmad Dwi, Update! Segini Jumlah Kendaraan Listrik di Indonesia, ListrikIndonesia.com
[4] 7 Rifky Syofiadi, IIMS 2024 Dibuka Hari Ini, PLN Perkuat Dukungan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia (Press Release), Pln.co.id
[5] Aulia Mutiara Hatia Putri, Mobil Listrik Tak Laku, Ternyata Orang RI Maunya Ini, CNBCIndonesia.com
[6] Nyoman Ary Wahyudi, Jumlah Kendaraan Listrik di Indonesia 2024 Serta SPKLU, SPLU, dan Stasiun Penukaran Baterai Penopangnya, Bisnis.com
About Inke Maris & Associates
PR Agency Indonesia
Established in 1986, Inke Maris & Associates (IM&A) is a leading, independent PR Agency in Jakarta providing strategic counsel to businesses, organisations and public institutions. IM&A was recognised as the Best PR Firm in Indonesia after a survey conducted by Mix Magazine to over 100 Indonesian journalists nominated the firm for the PR Agency of the Year Award 2016. As PR and strategic communications consultants, our work falls into overarching and often intersecting areas of Public Affairs, Corporate Communications, Financial Communications, Marketing Communications, Issues & Crisis Communications, Capacity Building & Training, Social Marketing & PR Campaigns, Community and Stakeholder Engagement, Digital PR, Event Management.
#PublicAffairsConsultantIndonesia #KonsultanPRJakarta #KonsultanHumasJakarta #PRConsultantJakarta #CommunicationsConsultantIndonesia #PublicAffairsAgencyIndonesia #BestPRFirmIndonesia #PRAgencyJakarta #AgencyPRdiIndonesia #PublicRelationsServicesJakarta #TopPRAgencyIndonesia #PublicRelationsServicesIndonesia #PRAgencyIndonesia #PublicAffairsIndonesia #PublicAffairesConsultantIndonesia
5 Elemen Kunci Mengelola Krisis : Siapkah Anda Menghadapi Krisis dengan Komunikasi Tepat?
READ MOREMendorong Perubahan: Kendaraan Listrik Sebagai Simbol Gaya Hidup Berkelanjutan di Indonesia
READ MORENavigating Indonesia's Business Landscape: The Vital Role of Public Affairs Professionals
READ MORETrailblazing Paths: Unconventional Strategies in Indonesian Presidential Campaigns
READ MORE