VIEWS

Pandemi dan Segala Perubahan dalam Kerja Komunikasi


Sudah dua tahun lebih Indonesia dan dunia dilanda pandemi, sebuah situasi yang tidak diperkirakan oleh seluruh dunia dan membawakan perubahan besar dalam hidup masyarakat. Dua tahun lalu, tepatnya pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia sempat dihebohkan dengan penemuan kasus COVID-19 pertama dan kedua di dalam negeri. Berita tersebut juga disampaikan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo dalam sebuah konferensi pers.

Dua minggu kemudian, pada tanggal 16 Maret 2020, Presiden Joko Widodo kembali mengadakan konferensi pers di Istana Bogor yang mewajibkan masyarakat Indonesia untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah.

“Kebijakan belajar, bekerja, dan beribadah di rumah perlu terus digencarkan untuk mengurangi penyebaran COVID-19,” ucap Jokowi kepada awak media.

Kini, dua tahun sudah berlalu semenjak pandemi COVID-19 melanda Indonesia dan sudah banyak perubahan yang terjadi dalam setiap hidup kita. Pandemi telah mengubah cara bekerja dan belajar masyarakat dunia, termasuk Indonesia.

Lebih dari itu, pandemi juga telah mengubah kebiasaan berinteraksi, bersosialisasi, dan berbagai hal lainnya dalam hidup. Pandemi telah mendorong kita untuk menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Pandemi juga telah mengharuskan kita untuk berubah dan beradaptasi dalam situasi yang baru.

Pada awal penerapan kebijakan work-from-home (WFH) atau bekerja dari rumah yang diterapkan oleh institusi dan perkantoran, pemerintah juga menerapkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk membatasi interaksi publik dan mengurangi kerumunan guna menekan penyebaran virus COVID-19. Dengan diterapkannya PSBB, banyak masyarakat yang secara cepat beralih ke teknologi. Sejumlah aplikasi tatap muka jarak jauh seperti Microsoft Teams, Zoom, Webex, dan Google Meet menjadi semakin banyak digunakan.

Penggunaan Teknologi dalam Kegiatan Komunikasi Selama Pandemi

Dewasa ini, masyarakat tidak hanya menggunakan aplikasi digital untuk berkomunikasi saja, tetapi juga untuk melakukan pembayaran (seperti QR Code), virtual tourism, live streaming, penyediaan jasa logistik, pemesanan makanan secara daring, dan pastinya menikmati hiburan.

Banyak hal yang tadinya perlu dilakukan secara tatap muka kini beralih menjadi digital. Hal ini terjadi dalam berbagai sektor industri termasuk berbagai kerja komunikasi seperti diantaranya public relations, public affairs, government relations, advertising, marketing, dan event management.

Selama masa pandemi, terlebih saat kebijakan WFH masih gencar dilakukan, penggunaan applikasi untuk tatap muka merupakan salah satu medium yang sering digunakan untuk berkomunikasi, melakukan wawancara bersama media, ataupun mengadakan konferensi pers. Selain itu, tersedia pula teknologi cloud storage (penyimpanan komputasi awan) yang memudahkan banyak orang untuk bekerja bersama atau membuat dokumen secara jarak jauh dalam situasi real-time. Situasi pandemi telah mengharuskan para pekerja di sektor komunikasi untuk melakukan upskilling dan mempelajari lebih banyak perihal dunia dan juga perangkat digital.

Pandemi juga mengubah cara pelaksanaan event management. Selama pandemi, berbagai kegiatan yang dapat menimbulkan kerumunan seperti festival, bazar, konser, dan pameran telah ditiadakan. Pandemi kemudian mengharuskan para pelaksana kegiatan untuk beradaptasi dengan dunia digital sehingga kegiatan dapat menjangkau audiens yang berdiam di rumah.

Dengan menggunakan platform digital, pelaksanaan event marketing atau public relations kini bisa dilaksanakan melalui live streaming menggunakan Zoom, Youtube, atau media sosial lainnya. Kegiatan yang tadinya biasa dilakukan secara tatap muka kini menjadi online. Masyarakat kini juga mulai terbiasa melakukan seminar secara online. Bahkan, para pelaku industri kreative dan musisi melakukan konsernya secara online agar tetap bisa menghibur dan berinteraksi dengan para penggemar.

Membangun Narasi yang Simpatik

Tidak hanya dalam ruang lingkup praktis saja, kegiatan komunikasi selama pandemi juga berimbas kepada bagaimana para praktisi komunikasi dapat membangun narasi yang sesuai dengan situasi yang terjadi dalam situasi ekonomi dan kesehatan yang memburuk.

Membangun narasi saat pandemi merupakan tantangan yang berbeda dibandingkan dengan situasi normal. Banyak perusahaan atau organisasi yang berusaha untuk membangun narasi yang simpatik dan senada dengan situasi ekonomi, kesehatan, dan peraturan pemerintah di Indonesia. Narasi tersebut bisa berupa dalam bentuk key message, siaran pers, kata sambutan, surat, ucapan terima kasih, atau bahkan caption sosial media.

Setidaknya ada empat kata kunci yang menjadi narasi penting dalam pandemi, yakni safety, digitalisasi, new normal, dan experience. Safety atau keamanan menjadi salah satu hal yang penting dalam membangun narasi saat pandemi. Tentu saja alasannya adalah ‘siapa yang ingin terkena COVID-19?’, sehingga pada akhirnya safety menjadi sebuah pertimbangan penting bagi publik.

Digitalisasi juga menjadi sebuah narasi yang sering dibangun untuk mendukung keamanan. Banyak perusahaan yang kemudian berbagi informasi tentang penerapan teknologi dalam kegiatan bisnis mereka. New normal juga menjadi perbincangan yang sering terjadi. Banyak perusahaan dan organisasi yang membahas new normal untuk membangun thought leadership saat pandemi dengan tujuan memperlihatkan kesiapan mereka dalam menyambut situasi baru.

Experience juga menjadi kata kunci yang penting selama pandemi. Kata kunci ini biasa terlihat dalam berbagai kegiatan kampanye di sektor hiburan, aplikasi digital, layanan streaming, dan pariwisata. Perusahaan penyedia jasa layanan streaming seperti Netflix kemudian berhasil memikat publik dan mampu mencatatkan 36,6 juta pelanggan baru selama tahun 2020.

Tidak hanya sektor layanan streaming, sektor pariwisata juga mampu menghadirkan pengalaman baru selama pandemi untuk tetap menjaga thought leadership mereka. Dengan menghadirkan konsep ‘enjoy traveling from the comfort of your home,’ banyak akun sosial media pariwisata terlebih dari institusi NTB (National Tourism Board) yang membagikan postingan baik video ataupun foto yang membuat publik ‘rindu’ untuk kembali berlibur atau bisa merasakan pengalaman berlibur dari dalam rumah.

Pandemi sudah banyak merubah banyak hal termasuk cara bekerja dan berkomunikasi. Praktisi komunikasi memiliki peran penting dalam menghubungkan satu stakeholder dengan yang lainnya untuk menjaga kelangsungan kepentingan suatu entitas, baik itu organisasi pemerintah, organisasi masyarakat, korporat, atau bahkan individu.

Mampu beradaptasi secara cepat dan menyesuaikan diri dengan situasi dan tantangan menjadi sebuah keahlian yang perlu dimiliki selama pandemi. Bukan tidak mungkin ke depannya akan muncul berbagai tantangan yang tidak terduga lainnya. Belajar dari segala perubahan yang terjadi selama pandemi, setiap entitas baik korporat, institusi, hingga individu harus semakin siap dalam menghadapi berbagai kemungkinan unprecendented times.


Author

Putu Radar Bahurekso

Account Manager

For more information or to talk to us please email: contactus@inkemaris.com

About Inke Maris & Associates
PR Agency Indonesia

Established in 1986, Inke Maris & Associates (IM&A) is a leading, independent PR Agency in Jakarta providing strategic counsel to businesses, organisations and public institutions. IM&A was recognised as the Best PR Firm in Indonesia  after a survey conducted by Mix Magazine to over 100 Indonesian journalists nominated the firm for the PR Agency of the Year Award 2016. As PR and strategic communications consultants, our work falls into overarching and often intersecting areas of Public Affairs, Corporate Communications, Financial Communications, Marketing Communications, Issues & Crisis Communications, Capacity Building & Training, Social Marketing & PR Campaigns, Community and Stakeholder Engagement, Digital PR, Event Management.

 RECENT NEWS