VIEWS

Cawe-Cawe untuk Memenangkan Reputasi


 

Belakangan ini, cawe-cawe menjadi ramai diperbincangkan, setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Pemimpin Redaksi dari sejumlah media ternama di Tanah Air dan content creator di istana negara.

Pernyataan Jokowi tersebut mendapat sambutan hangat, terutama dari kalangan politisi, partai politik, pengamat, hingga bakal calon presiden. Dengan segala perspektif, cawe-cawe melecut pro dan kontra, yang akhirnya menjadi sajian aktual nyaris tanpa seri di hadapan publik. Viral! 

Makna cawe-cawe sebenarnya simpel. Dari bahasa Jawa, cawe-cawe memiliki pengertian ikut mengerjakan, membereskan, merampungkan sesuatu. Dalam konteks tertentu, cawe-cawe adalah berkolaborasi, bekerja sama, bergotong royong. Tetapi, dalam konteks yang lain, bisa juga berarti turut campur.

“Demi bangsa dan negara, saya akan cawe-cawe...Saya tidak melanggar aturan, tidak akan melanggar undang-undang, tidak akan mengotori demokrasi. Untuk bisa keluar (dari upper middle income trap) kita cuma punya waktu 13 tahun dan itu sangat-sangat tergantung pada calon presiden di masa yang akan datang yang akan bisa membawa Indonesia ke next level, karena alasan itulah kemudian saya akan cawe-cawe untuk itu,” demikian kata Jokowi.

Dalam level pengertian yang sama, tetapi dalam konteks yang berbeda, cawe-cawe adalah sebuah keharusan bagi konsultan komunikasi. Kedatangan konsultan komunikasi selalu diundang, untuk ikut campur, mengerjakan, membereskan, atau merampungkan sesuatu. 

Tujuan utama dari cawe-cawe itu adalah reputasi positif perusahaan, institusi, produk, atau individu tertentu. Dan karena tujuan itu, konsultan komunikasi memiliki ‘kekuasaan’ untuk turut campur lebih dalam, bahkan sering harus ‘mengacak-acak’ sebuah perusahaan, institusi, produk, atau individu tertentu untuk membangun kembali citra positif di atas landasan yang kuat.

Komunikasi memang harus selalu memiliki grand design atau peta jalan (roadmap). Di dalam peta jalan itu, ada kesepakatan bersama tentang pesan utama (umbrella message) yang ingin disampaikan kepada seluruh pemangku kepentingan. 

Pesan utama tersebut merupakan ringkasan yang padat dari kekuatan, keunikan, dan nilai jual sebuah perusahaan, institusi, produk, atau individu tertentu, yang ingin disampaikan secara sengaja, terukur, dan berkesinambungan. Tentu saja dengan menggunakan pendekatan 3600 communication, untuk menyentuh seluas-luasnya target audiens yang diinginkan.

Presiden Jokowi, dalam tafsir komunikasi politik yang didebatkan di berbagai media, mungkin saja memiliki maksud tersembunyi dari pernyataannya itu. Tetapi, pesan utamanya sesungguhnya simpel. Cawe-cawe itu demi bangsa dan negara, untuk membawa Indonesia ke next level. Itu dia lakukan di hadapan sejumlah media dan content creator. 3600communication!

Namun, seperti kata Groucho Marx, yang adalah seorang komedian, ranah politik adalah seni mencari masalah. “Politics is the art of looking for trouble, finding it everywhere, diagnosing it incorrectly, and applying the wrong remedies." Tak ada kebenaran yang benar-benar dapat diungkapkan dan dimengerti secara sederhana, transparan, dan tanpa pro kontra di ranah politik.

Sementara itu, reputasi sebuah perusahaan, institusi, produk, atau individu tertentu mutlak dibangun dari pesan kunci yang transparan, mudah dimengerti, mudah diingat, dan tentu saja menjauhkan diri dari kontroversi. Dari sana, muncullah persepsi, yang jika diukur dalam kurun waktu tertentu, harusnya sama dengan grand design dari reputasi yang diinginkan.

Artinya, komunikasi yang dibangun untuk membentuk sebuah reputasi sebenarnya adalah cara untuk membangun hubungan dengan publik, membangun pemahaman dan ketertarikan, hingga sebanyak mungkin orang menjadi aliansi, karena menemukan kesamaan untuk kebaikan yang lebih besar dari kehadiran sebuah perusahaan, institusi, produk, atau peran seseorang.

Seharusnya komunikasi politik juga demikian. "Political communication is not just about winning elections; it's about building relationships, forging alliances, and finding common ground for the greater good," kata George Lakoff. 

Jadi, siapapun lumrah untuk cawe-cawe. Apalagi, bagi konsultan komunikasi. Asalkan saja, cawe-cawe itu dilakukan sesuai dengan koridor hukum, peraturan, dan perundangan-undangan. Cawe-cawe untuk memenangkan reputasi dengan cara yang bermartabat, untuk tujuan mulia, apalagi untuk sebuah negara yang dihuni oleh lebih dari 273 juta jiwa. (AY)

 

Author :

Alexander Yopi

Account Manager

For more information or to talk to us please email: contactus@inkemaris.com

About Inke Maris & Associates
PR Agency Indonesia

Established in 1986, Inke Maris & Associates (IM&A) is a leading, independent PR Agency in Jakarta providing strategic counsel to businesses, organisations and public institutions. IM&A was recognised as the Best PR Firm in Indonesia  after a survey conducted by Mix Magazine to over 100 Indonesian journalists nominated the firm for the PR Agency of the Year Award 2016. As PR and strategic communications consultants, our work falls into overarching and often intersecting areas of Public Affairs, Corporate Communications, Financial Communications, Marketing Communications, Issues & Crisis Communications, Capacity Building & Training, Social Marketing & PR Campaigns, Community and Stakeholder Engagement, Digital PR, Event Management.

 RECENT NEWS